Diplomasi bukan hanya pertemuan pejabat tinggi atau kesepakatan politik. Dalam beberapa kasus, dapat ditampilkan melalui harmoni nada, kombinasi instrumen, dan lantunan lagu lintas bahasa.
Konser Gabalandhurra, kolaborasi budaya antara musisi Australia dan Indonesia, diadakan di Soehanna Hall, Jakarta.

Ngulmiya Nundhirribala, musisi Aborigin Australia terkenal, berkolaborasi dengan Ananda Sukarlan, komposer dan pianis klasik Indonesia yang telah mendunia, dan penyanyi sopran Mariska Setiawan.
Konser ini tidak hanya menunjukkan kerja sama musik biasa, tetapi juga menunjukkan hubungan baik dan diplomatik antara kedua negara.
“Kolaborasi musik tradisional dan klasik ini merupakan upaya luar biasa untuk merayakan sejarah kita yang panjang dan erat,” kata Gita Kamath, Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia, Rabu (30/4/2025).
Ia menekankan betapa pentingnya pertukaran budaya dalam hubungan diplomatik antara Australia dan Indonesia, yang baru saja berusia 75 tahun.
Gita berpendapat bahwa pertukaran budaya seperti ini sangat penting untuk hubungan dua pihak yang baik.
Dia menyatakan bahwa kekuatan hubungan orang-orang di Indonesia dan Australia terletak pada keterlibatan masyarakat, atau hubungan orang-orang. Musik adalah cara terbaik untuk mempererat hubungan ini.
Musik sebagai Bahasa Untuk Orang-Orang
Di Rabu, 30 April 2025, Kedutaan Besar Australia di Indonesia akan menyelenggarakan konser musik kolaborasi antara musisi penduduk asli Australia Ngulmiya Nundhirribala dan musisi Indonesia Ananda Sukarlan dan Mariska Setiawan di Soehanna Hall, Jakarta. (Benedikta Miranti/Liputan6.com)
Ngulmiya, penerima penghargaan Australian of the Year of the Northern Territory, membawa musik dalam bahasa Wubuy, bahasa suku Yolngu dari Arnhem Land, Australia Utara.
Dalam konser ini, ia menampilkan karya baru bersama Ananda Sukarlan berjudul Bora Ring. Karya ini terinspirasi dari puisi Judith Wright dan menggabungkan teknik komposisi klasik kontemporer dengan elemen musik tradisional Aborigin seperti didgeridoo.
Saya ingin menunjukkan bahwa budaya kita dapat bersatu dalam berbagai cara, seperti musik. Ananda Sukarlan, yang juga mengenang kerja sama pertamanya dengan Ngulmiya saat membentuk G20 Orchestra dalam presidensi Indonesia di G20 tahun 2022, mengatakan bahwa bahkan dasi yang dia pakai hari ini memiliki motif Aborigin.
Ngulmiya mengatakan bahwa identitas budayanya adalah perpaduan dari warisan Makassar dan Aborigin.
Lagu-lagunya, yang bahkan dinyanyikan dalam bahasa Bugis dan Makassar, menggambarkan hubungan leluhurnya dengan para pelaut dari Sulawesi Selatan, yang dulu menjalin hubungan budaya dan perdagangan dengan komunitas Aborigin Australia.
Ngulmiya, yang datang bersama putranya dan tim musiknya, menunjukkan kegembiraannya.
Ini adalah penampilan kedua saya di Jakarta. Dia mengatakan, “Kami membawa musik dari desa kecil kami ke kota besar ini, dan merasa bangga bisa berbagi dengan saudara-saudara kami di Indonesia.”
Pada hari Rabu, 30 April 2025, Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Giring Ganesha menghadiri konser musik kolaborasi antara musisi penduduk asli Australia Ngulmiya Nundhirribala dan musisi Indonesia Ananda Sukarlan dan Mariska Setiawan di Soehanna Hall, Jakarta. (Benedikta Miranti/Liputan6.com)
Giring Ganesha, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, turut hadir dan menyampaikan apresiasinya. Ia bercerita tentang pengalaman pribadinya sebagai musisi yang pernah bermain di Australia dan merekam album di Melbourne.
Sebagai musisi, saya menyadari kemampuan musik untuk menyembuhkan, menyatukan, dan melampaui batas politik. Giring mengatakan bahwa musik adalah bahasa universal kemanusiaan.
Program Hibah Diplomasi Budaya Australia mendukung kunjungan Ngulmiya ke Indonesia, yang didasarkan pada hubungan seni dan budaya yang kuat antara Australia dan Indonesia. Ngulmiya akan tampil di Makassar dan Bali setelah mengunjungi Jakarta.

















